Sabtu, 11 Juli 2020

Aga dan kalamullah




Aga 10 bulan

Hai, tulisan ini sebagian besar sudah dibuat di tahun 2017. Saya baru sadar masih tersimpan di draft 2020. Karena itu, tulisan ini baru saja di posting. Saya berikan opening ini dan penutup di akhir tulisan untuk membuat tulisan ini tetap bisa dibaca di 2020.

***

Saya percaya semua manusia yang dilahirkan ke dunia itu suci dan dekat dengan penciptanya. Saya buktikan sendiri hal itu pada anak saya: Aga. Ia selalu menoleh dan mencari sumber suara saat adzan berkumandang. Dia diam, takjub, hikmat, mendengarkan.

Sebagai umat muslim tentu saya takjub. Ia nampak begitu familiar dengan panggilan Allah. Ruh nya yang masih suci seakan terpanggil untuk mendekat. Mungkin juga sayup-sayup ia teringat, adzan lah kalimat yang pertama Ia dengar saat terlahir ke dunia. Adzan yang dikumandangkan Akung waktu itu. 

Rupanya tidak hanya adzan yang mampu membuatnya diam, hikmat dan mendengarkan. Ayat-ayat Al Quran juga mampu menarik perhatian Aga saat bayi. Bahkan ayat-ayat Al Quran mampu menenangkannya saat rewel dan saat berontak menyusu. MasyaAllah...sungguh tidak ada yang bisa menutup-nutupi kebesaran-Nya. :)

Mimpi Kami

Seperangkat alat sholat dan Al Quran menjadi awal mimpi saya dan suami di hadapan penghulu. Allah maha mengetahui niat dibalik semua kejadian. Bukan tamak akan kemampuan diri dalam mempelajari Ilmu Al Quran, kami hanya ingin membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah dengan berlandaskan Al Quran. Saya tidak pernah bermaksud memberatkan pertanggungjawaban suami saya kelak di akhirat, niat kami murni menjadikan Al Quran pedoman di keluarga kami. Hingga saat memiliki anak nantinya kami ingin memberikan pelajaran sebaik-baiknya tentang Al Quran.

Saya dan suami memang bukan seorang hafidz atau hafidzah. Bacaan saya pun mungkin masih jauh dari sempurna. Untuk istiqomah membaca Al Quran saja rasanya saya bukan teladan yang patut. Saya merasa masih menjadi ibu yang banyak sekali kekurangan dalam ilmu Al Quran. Hingga saya pun agak malu meski hanya untuk bermimpi memiliki anak yang hafidz hafidzah. Anak yang senang belajar, membaca, dan menghafalkan Al Quran. :)

Saya pernah mendengar orangtua yang membagikan tips menjadikan anak-anaknya hafidz hafidzah. Dia tidak putus membaca Al Quran setiap hari satu juz selama hamil. Hingga khatam paling tidak 9 kali selama hamil. Ah makin menciut lah saya. Apalah saya yang sewaktu hamil hanya memilih-milih Ayat-Mu untuk kesenangan hamba semata. Saya memilih membaca surat Yusuf hanya karena ingin anak yang ganteng, pun dengan pilihan surat maryam jika anak yang terlahir perempuan. Ah satu surat itu saja tidak mampu saya tuntaskan setiap hari.

Saya agak menyesal kalau ingat kemana waktu saya habiskan saat itu, hingga sebegitu sempitnya waktu untuk membaca kalimat-kalimat-Nya. Padahal ternyata Allah berikan saya nikmat 2x lipat. Allah kabulkan memiliki anak laki-laki yang sehat dan tampan. Namun, baik secara fisik saja tidak lantas membawa anak saya bahagia di dunia dan akhirat. Saya sadar hanya akhlak yang baik dan kecintaan pada Al Quran yang bisa. 

Mengenalkannya pada Ayat-ayat Allah

Saya mulai niat baik mengenalkan Aga ayat-ayat Al Quran dengan langkah kecil. Saya membacakan surat-surat pendek yang saya bisa sebelum tidur. Surat-surat pendek yang benar-benar saya kuasai. Terbatas yang saya kuasai. An-nass, Al Falaq, Al Kafirun, Al ikhlas, Al Qadr, Ad Dhuha, Ayat Kursi, (dikit ya :D) hingga akhirnya saya tutup dengan doa sebelum tidur. Kadang juga ditambahkan oleh suami dengan hafalan surat yang lebih banyak dari saya.

Niat saya membacakannya surat-surat pendek itu murni hanya untuk menenangkannya sebelum tidur. Sama sekali tidak ada harapan dia akan hapal. Saya mulai sejak Aga masih bayi sampai suatu ketika dia mulai bisa berbicara. Di usia 2,5 waktu itu kosakatanya belum banyak. Dia sudah mulai mengikuti saya membaca surat pendek. Dia sudah mulai hapal dua tiga huruf di bagian akhir surat-surat itu. Sampai akhirnya dia bisa bicara lumayan banyak namun justru menolak saya bacakan surat-surat itu lagi tapi merasa senang saat Ayahnya bacakan AL insyirah dan Al Fill. Sampai akhirnya dia bosan dan menolak lagi dibacakan surat-surat itu dan Ayah membacakan surat Al Qoriah. 

Hingga suatu ketika saat bermain Aga menggumam potongan surat Al Qoriah. Sekali , dua kali begitu sampai pada saat yang tepat saya perhatikan dia sudah menghafalnya. MasyaAllah. Usianya baru 2,5tahun kala itu.
.
Berawal dari Al Qoriah ini saya mulai mengecek surat pendek lainnya yang tiap kali saya bacakan sebelum tidur. MasyaAllah..alhamdulillah dia sudah hafal. Saya pun melanjutkan dengan surat yang lain. Kebetulan saya membelikannya boneka hafidz doll. Boneka ini bisa mengaji dan bisa memutar surat yang sama selama 30menit. Setiap hari, sewaktu dia bermain sambil saya nyalakan murotal sebuah surat. Satu surat saja sampai waktu yang pas saat dia mau untuk murojaah. Saat saya bisa mengecek hafalannya. Jika dia sudah hafal, saya ganti murotal surat yang lain. Begitulah metode yang saya lakukan. 
.
Berbekal kemampuannya inilah, saya memilih sekolah berbasis hafalan Al Quran untuknya. Alhamdulillah banyak terbantu sekali disini. Ustazah yang sabar dan telaten banyak membetulkan makhroj yang masih belum tepat. Kebiasaan di sekolah juga membuatnya hafal banyak surat lebih cepat.
.
Istiqomah Kunci Penting

Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka diapakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkannya di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab, "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran." (HR Al-Hakim)
.
Sebelum ini saya berpikir, enak ya orangtua ga ikut ngapalin tapi ikut dikenakan jubah kemuliaan jika memiliki anak yang hafal Al Quran. Setelah menjalani peran menjadi orangtua yang membimbing anak untuk mempelajari dan menghapal Al Quran, saya baru sadar yang memegang kunci itu adalah orangtua. Bukan guru atau sekolah. Ya karena dari rumah lah, dari orangtualah yang membangun rasa cinta pada Al Quran, yang membangun kebiasaan untuk dekat dengan Al Quran.
.
Suatu waktu saat Aga duduk di TK B saya agak terhenyak ketika Aga lupa beberapa surat di juz 30 yang dulu sudah dia hapal. Kondisi saya waktu itu baru saja melahirkan anak kedua dan tidak bs memantau banyak murojaahnya. Padahal di TK A juz 30 hampir selesai dia hapalkan.  Sedih tapi kemudian introspeksi diri. Fokus pada kehamilan dan terlena pada banyak aktivitas lain membuat saya sadar makin jarang memperdengarkan murotal ke Aga.
.
Saya kemudian mulai memperbaiki diri, mencari celah dimana saya bisa mulai rutin memperdengarkan lagi murotal untuk Aga. Sadar diri murojaah sambil membuka Al Quran makin sulit saya lakukan dengan hadirnya bayi, maka saya memilih beberapa menit sebelum tidur untuk memperdengarkan murotal juz 30. Saya mulai dari surat An Naba hingga selesai. Saya pilihkan video dari youtube versi suara anak-anak. Alhamdulillah sedikit usaha ini membuahkan hasil. Aga dengan mudah merecall kembali ingatan juz 30 nya. 
.



Di akhirussanah sekolah Aga, Ia berhasil mendapatkan best tahfidz, mampu menghafal juz 30, dan beberapa surat di juz 29. Alhamdulillah wa syukurilah. Itu semua semata-mata kemudahan yang diberikan Allah SWT. Kami sadar PR kami sebagai orangtua masih banyak. Tidak hanya sekedar membantu menjaga hafalan Aga, tapi juga menanamkan kecintaannya kepada Al Quran, menanamkan kebiasaan baik untuk selalu dekat dengan Al Quran. PR itu tentu saja bukan tentang menjaga Aga saja, tapi juga tentang bagaimana kami memperbaiki diri kami sendiri, memberikan contoh terbaik baginya untuk mencintai Al Quran. 

Jumat, 10 Juli 2020

I'm Back




Well hellooww again
Long time no see
Yes long looong time saya tidak menulis.
Sebelumnya berharap blog kembali aktif dengan repost tugas-tugas di Institut Ibu Profesional, tapi ternyata mandeg di tugas ketiga. padahal matrikulasi tugasnya kalo g salah ada 9. Sudah lanjut kelas bunda sayang pula. Yang pada akhirnya lebih mudah saya setor di Instagram. Baikah tak apa, mari berdamai dengan keterbatasan diri ini. Kita fokuskan blog untuk tulisan tertentu saja. Bismillah kali ini niat mau menghidupkan blog lagi. Bersama lingkungan teman-teman yang saling support untuk menghidupkan blog, semoga istiqomah
.
Sebelum ini sebenarnya saya berpikir untuk mengganti nama blog karena anak sudah bertambah satu dan rasanya sudah ga relevan lagi nama itu. Cuma saya pikir kok jadi ga earchatcing juga ya kalo saya tambahkan nama anak kedua saya karena nama blognya jadi makin panjaaang. Ah friends...any suggest?
.
Sementara ini saya akan jalan dengan nama lama saja dan fokus untuk menulis. Semoga anak kedua saya paham dan ga iri ya. Hehehe...belum ngeh juga sih dia. Toh anak kedua jg adik dari anak pertama yang jadi nama blog ini kan. Jadiiii anggap saja masih relevan lah ya. Wkwkwkw maksa. Baiklah sekian opening penyemangat ini. Mari menulisssss